Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan berbagai macam budaya dan tradisi yang khas dalam implementasi
Islam, salah satu tradisi yang sering
dijumpai oleh masyarakat Islam di Jawa untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan sering
disebut juga tradisi megengan. Tradisi megengan ini dilakukan pada
bulan Sya’ban
atau Ruwah, tanggal 20 sampai 29 Sya’ban atau Ruwah sebelum bulan Ramadhan. Kata “megengan”
berasal dari bahasa Jawa “megeng” yang berarti “menahan”.
Pada umumnya kegiatan yang dilakukan masyarakat Jawa yaitu : berbondong-bondong
untuk berziarah kubur, membersihkannya serta menaburi bunga diatasnya
dan mendo’akan dengan membacakan yasin dan tahlil. Kemudian dilanjutkan
dengan masak besar untuk dibagikan kepada saudara dan tetangga sekitar. Pada
malam harinya mengadakan selamatan atau kenduri dengan mengundang para tetangga
untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal. Ada juga yang selamatan
atau kenduri yang diadakan oleh seluruh warga setempat di masjid atau mushola
dengan membawa ambeng (beragam jenis makanan yang telah dimasak).
Seiring berjalannya waktu, tradisi megengan sendiri sudah mulai sedikit ditinggalkan terutama pada masyarakat
kota karena berbagai alasan salah satunya sibuk dengan pekerjaan
masing-masing. Tradisi ini adalah warisan leluhur yang sudah sepatutnya dijaga
dan dilestarikan. didalamnya mengandung nilai-nilai yang sungguh sangat
luar biasa seperti cara berhubungan baik antara manusia dengan manusia, manusia
dangan alam ghaib, serta manusia dengan Tuhan.
Perlu difahami bahwa megengan
berada dalam ranah sosial-kultural (kemasyarakatan dan kebudayaan) yang
mengacu pada aspek kemaslahatan dan tidak bisa dilabeli dengan istilah bid'ah.
Orang sedekah dengan membawa ambeng itu jelas baik dan bermanfaat bagi
yang masih hidup, dan do'a-do'a sangat bermanfaat bagi yang sudah
meninggal dunia. Jadi megengan tidak hanya bermanfaat bagi yang masih hidup
tapi juga bermanfaat bagi yang sudah meninggal dunia.
Oleh : Widya dan Risma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar