Rabu, 23 Mei 2018

Berjuang Keras


Serba kekurangan tak menjadikan sosok ini patah arang. Justru semangatnya menuntut ilmu yang menjadi modal terbesar dalam menuntaskan kuliah. Nama sosok ini adalah Sukamto. Ketua Jurusan Teknik yang lahir pada 14 Mei 1978 silam ini telah dikarunia 3 anak. Dalam perjalanannya hingga di titik ini, ia telah melewati banyak hal yang membuatnya akrab dengan kerja keras dan jatuh bangun. Bahwa perjuangannya tidak pernah usai untuk mendidik dirinya sendiri, keluarga bahkan lingkungan. Berikut adalah penuturan sekilas pengalaman hidupnya:
Dimana saja riwayat pendidikan Bapak?
“Saya lulus SD Sidorejo 1 pada tahun 1991. Kemudian SMP 1 Plaosan pada tahun 1994. Dilanjutkan SMA 1 Magetan lulus pada tahun 1997. Lalu S1 ITS Jurusan Teknik Fisika selama 4,5 tahun. Dan S2 ITS Jurusan Teknik Elektro selama 2,5 tahun. Yang lucu adalah gini, saya S2 selama 2,5 tahun bukan berarti saya tidak pinter karena kan wajarnya S2 selama 2 tahun. Jadi saya sidang 2 kali, tetapi yang pertama tidak lulus. Saat tidak lulus, saya datangi dosen pembimbing yang paling senior di ITS itu namanya Pak Bagyo. Ternyata beliau menjelaskan kalau saya ingin lulus, saya harus lulus bareng-bareng dengan 2 orang lain yang satu bimbingan dengan saya. Sedang 2 orang ini menempuh S2 disambi jadi dosen. Jadi intinya kalau saya mau lulus, saya harus membantu mereka lulus.Akhirnya mau dengan 2 orang lain yang satu nggak mau, saya harus buat 3 tesist waktu itu.”
Bagaimana awal mula Bapak bekerja di PNM?
Saya mulai ngajar di Poltek itu 2005.Waktu itu, saya dipanggil dosen saya untuk membantu mengajar di Politeknik ini. Saya awalnya nggak tahu kalau ada politeknik ini. Waktu itu saya juga sedang sekolah S2. Jadi ya, bolak-balik. Dulu saya itu kepala PTTI. Kemudian politeknik ini negeri tahun 2013, kemudian mega prodi TKK, Teklis dan Meto itu dijadikan satu. Saat itu yang menjadi Kajur Pak Bambang, karena Beliau belum S2 maka Beliau melanjutkan S2 dan saya menggantikan posisi kajur sampai saat ini.
Siapa orang yang paling berjasa dalam hidup Bapak?
Ya ibuklah. Jadi gini, orang tua saya itu nekat. Sewaktu saya keterima UMPT di Teknik Fisika itu orang tua saya bingung. Bukannya bersuka cita ya tapi mereka kan berfikirnya selesai SMA langsung kerja. Tapi ya, yang paling saya ingat dari orang tua, mereka pernah bilang gini “yowes le.. budalo kuliah nak tarah bapak duwene sawah yo adol sawah. Nak duwene sapi yo adol sapi.” Sampai sebegitunya perjuangan orang tua saya menguliahkan saya.
Kapan masa paling sulit dalam perjalanan hidup Bapak?
Saya itu kalau dibilang sulit, ya sulit semua. Karena orang tua saya orang biasa, yo hal-hal sulit itu sudah biasa. Tapi nggak tahu kenapa, saya itu memang dulu kalau disuruh nyari rumput pasti sambil bawa buku. Selesai nyari rumput itu ya pasti saya baca buku. Saya itu nggak kuat beli buku, pasti pinjam kakak kelas. Dan biasanya pas dikembalikan itu mereka nggak mau, ya sudah saya rawat. Waktu SMP itu saya langganan ke kantor guru karena nunggak SPP, sepatu tidak hitam dan tidak pakai ikat pinggang. Dipanggil ya sudah, orang tua saya suruh datang ke sekolah ya datang, mau bagaimana lagi kalau memang belum bisa bayar SPP.
Bagaimana cara Bapak untuk mewujudkan impian memperbaiki taraf hidup?
Saya itu melihat tetangga saya, itu kan beda pekerjaan yang lulus SMA dengan yang melanjutkan kuliah. Tapi ya kan memang yang bisa merubah kemiskinan adalah dengan pendidikan. Kalau melihat kondisi orang tua saya, saya itu juga nggak pernah mimpi bisa melanjutkan kuliah. Tapi ya tetap ingat lagi, seperti kata TKK itu, struggle forever. Apapun saya lakukan pas waktu kuliah itu. Jualan apapun, mulai dari keripik singkong sampai MLM obat kuat pria itu saya jalani.
Apa pesan Bapak melihat kondisi mahasiswa saat ini?
Saya kalau lihat anak muda zaman sekarang itu terlalu nyaman. Padahal kalau dilihat, zaman kalian itu akan lebih kejam dari zaman saya. Hal-hal yang biasa Anda akan lakukan itu akan mempengaruhi hidup Anda ke depannya. Kalau sekarang nyaman, nanti itu akan kaget dengan kejamnya dunia. Tapi kalau anak sudah terbiasa dikejami, hal-hal kejam lainnya menjadi ringan. Kan dia sudah terbiasa kejam.

“ Ngarepe rekoso, tembe mburi uripe mulyo. Wong sing direwangi rekoso ae, durung mesthi uripe mulyo. Opo maneh sing ora rekoso”
– Sukamto

(Lisdyanti, Mahanani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASIRO untuk Kontes Robot Indonesia Nasional 2018

            ASIRO ( AE Sar Intelligent Robot ) merupakan generasi robot berkaki Politeknik Negeri Madiun yang berhasil mengikut...