Rabu, 23 Mei 2018

M.U.G


Secret 1
“Apa kalian tahu bagaimana rasanya punya pacar?” tanya laki-laki berkacamata, bernama Umam.
“Tidak,” jawabku.
“Bagaimana denganmu, Ghaz?” tanya Umam pada Ghazi disebelahku.
“Kami belum pacaran. Tapi kala itu teman masa kecilku bertanya padaku, apakah dia cantik,” jawab Ghazi.
“Lalu jawabanmu?” desakku.
“Aku menjawab, kamu belum cantik. Tidak tahu sore nanti, tunggu saja,” jawab Ghazi.
“Apa yang terjadi pada temanmu?” tanya Umam.
“Dia pergi dan tidak kembali lagi sampai sekarang.”
“Dia pasti mengiramu jahat karena mengatakan hal itu,” ucapku.
“Mau bagaimana lagi. Jujur lebih baik,” balas Ghazi.
“Tapi beda konteks jika sudah berhadapan dengan cewek,” ketusku.
“Tidak menghargai perasaan sama sekali,” tambah Umam.
“Bagaimana denganmu sendiri, Mif?” sindir Ghazi padaku.
“Dulu, aku dekat dengan seorang gadis tetangga sebelah rumahku. Siang itu dia datang dan menanyakan, apa yang akan aku lakukan jika ada seorang gadis yang menyatakan perasaannya padaku.”
“Jawabanmu?”
“Jawabanku, jika hal itu terjadi maka gadis itu sama sekali tidak memiliki harga diri. Seharusnya wanita lebih berharga dibanding dengan laki-laki. Dan disaat itu juga gadis itu mengatakan jika menyukaiku.”
“Bagaimana reaksimu?” tanya Umam penasaran.
“Aku pingsan.”
“APA!!!!!”
Secret 2
“Bodoh!”
“Laki-laki tidak berguna,” timpal Ghazi.
“Apa alasanmu pingsan?”
“Aku shok karena gadis itu yang ku ejek. Sejak saat itu dia tidak datang kembali padaku,” jawabku membela diri.
“Kalian berdua sama-sama tidak berguna,” sindir Umam.
“Bagaimana denganmu?” tanyaku.
“Dari dulu aku tidak memiliki teman seorang gadis jadi sekarang...” Umam mengeluarkan sebuah poster warna warni bertuliskan open recruitment pacar untuk Umam, “aku sedang mencari seorang pacar.”
Kami berdua hanya menatapnya datar.
“Ayo  pergi,” ajak Ghazi.
Aku mengangguk.
“Tunggu!”
Kami menoleh kearah Umam.
“Bukankah Rizki memiliki mantan?” Umam mengalihkan pembicaraan.
Laki-laki yang tidak tinggi dan tidak pendek, Rizki namanya. Dia datang ke meja kami.
“Ceritakan pada kami.”
“Saat aku masih SMA, aku berangkat dan pulang dengan seorang gadis berambut pendek. Sejak saat itu, mereka menganggap kami pacaran. Tapi kenyataannya tidak, karena aku tidak bisa melakukannya pada gadis itu. Dia berbeda dari yang lain,” jelas Rizki.
“Gadis yang istimewa,” gumam Ghazi.
“Keren,”
“Kenapa seperti itu?” tanya Umam.
“Karena dia adik perempuanku.”
“MATI SAJA LO!!!!”

Secret 3
Festival kampus,
“Kenapa kelas kita mendapat bagian rumah hantu?” tanyaku.
“Karena tidak ada yang datang rapat saat itu,” jawab Ghazi.
“Kelas yang menyedihkan. Mari pergi berkeliling,” ajak Umam.
Kami berjalan mengelilingi setiap stand makanan.
“Kira-kira apa kita akan bertemu dengan seorang gadis?” tanyaku.
“Jika itu terjadi, aku akan jadi orang pertama yang mengajaknya ke stand kelas kita,” jawab Umam semangat.
“Sayangnya, mereka datang dengan pasangan masing-masing,” sahut Ghazi.
“Aku tidak mau perang dua ketiga terjadi,” tambahku.
Ghazi mengangguk setuju, “kampus kita kebanyakan laki-laki dan untuk bertemu seorang gadis sangat mustahil.”
“Kalian benar-benar tidak berguna,” keluh Umam.
Bugh!
Seseorang menabrak tubuhku dan terjatuh. Dia berpakaian maid lengkap.
“Kamu baik-baik saja?” kuulurkan tanganku padanya.
“Terima kasih,” jawabnya pelan.
“Wah! Miftah terlihat seperti pangeran,” sanjung Umam.
“Benar juga. Tapi tunggu dulu. Kita berada di kampus tanpa perempuan!” pekik Ghazi.
Orang yang menabrakku berdiri dan menampakkan wajahnya.
“HEH!!! Rizki???!!!”

Secret 4
“Ada apa dengan pakaianmu?”
“Menjadi maid. Datanglah ke kelasku.”
“Malas. Karena semuanya laki-laki,” ketus Umam.
“Terserah,” Rizki melangkah pergi.
“Kita kembali saja,” ajakku.
Mereka berdua mengangguk.
Kami kembali ke kelas menjaga stand.
“Ini sangat membosankan,” keluh Umam.
Pandangan kami tertuju pada dua insan yang saling bergandengan tangan.
“Aku iri,” ucap Ghazi.
“Kasihan,” balasku.
“Aku juga,” tambah Umam.
“Kami tidak peduli,” tegasku dan Ghazi.
“Aku berharap hidup di dunia dongeng yang berakhir bahagia,” ucap Umam.
“Pergi saja sendiri,” balasku dan Ghazi.
“Kalian menyebalkan!!!” pekik Umam sembari memukulku dan Ghazi.
“Permisi.”
Kami menoleh ke tiga gadis yang berdiri di depan stand kami.
“Y-Ya?” jawab Umam gugup.
“Kami ingin masuk,” ucap gadis berambut pendek.
“Tapi kami tidak berani,” tambah gadis kuncir kuda.
“Bisa kalian temani kami?” tanya gadis berambut panjang.
Brak!
Kami pingsan karena shok.
-End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASIRO untuk Kontes Robot Indonesia Nasional 2018

            ASIRO ( AE Sar Intelligent Robot ) merupakan generasi robot berkaki Politeknik Negeri Madiun yang berhasil mengikut...