Rabu, 23 Mei 2018

Info Acara


Ulasan Tentang Proximity


Bagi para pengguna smartphone mungkin pernah merasa bingung mengapa ketika mengangkat telepon lalu mendekatkan ke telinga, layar bisa mati dan ketika dijauhkan dari telinga maka layar akan menyala kembali. Atau mungkin sebagian bertanya mengenai fungsi bulatan kecil seperti lensa kamera di bagian atas layar smartphone.
Ternyata dua hal tersebut sangat berhubungan, lho. Karena bulatan kecil tersebut adalah sensor yang membuat layar touch screen akan mati apabila didekatkan dengan suatu objek. Sensor tersebut bernama proximity.
Proximity adalah suatu sensor jarak yang dapat mendeteksi benda-benda di sekitarnya. Biasa digunakan dalam berbagai peralatan modern dan robotika dengan fungsi yang berbeda-beda. Pada smartphone, sensor ini difungsikan untuk dapat mematikan layar secara otomatis pada saat pengguna mengangkat telepon. Sensor ini bekerja apabila pengguna mengangkat telepon dengan mendekatkannya ke telinga. Sensor tidak akan bekerja apabila pengguna menggunakan speaker pada smartphone atau earphone.
Dengan proxymity, pengguna akan mendapatkan beberapa kemudahan. Antara lain, baterai akan lebih hemat karena layar tidak akan menyala selama pengguna menelpon atau menerima telepon. Pengguna juga tidak perlu menekan tombol power untuk mematikan layar pada saat menelepon karena layar akan mati secara otomatis dengan adanya sensor ini.
Proximity pada dasarnya memiliki bentuk yang cukup besar untuk dapat dipasang di smartphone. Namun sesuai p e r k emb a n g a n t e k n o l o g i, p a d a smartphone telah digunakan proximity dalam ukuran mikro sehingga sensor ini dapat diterapkan pada banyak smartphone.


 (Mahanani Pratama)

Suara yang Tak Terdengar


Jika anda sedang ingin berpergian dan melewati jalur menuju arah Magetan, Anda akan melewati sebuah jalan yang pada sisi timur terdapat sebuah pemukian yang tidak luas dengan beberapa bangunan kecil di dalamya dan pada gerbangnya tertulis Mushola Al-Hidayah, Sambirejo RT 27 RW 01. Liposos singkatan dari Lingkungan Pondok Sosial yang tepatnya berada di Desa Sambirejo Kecamatan Madiun. Lingkungan ini didirikan langsung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada masa kepemimpinan Soeharto. Pada awalnya, lingkungan ini digunakan untuk menampung para transmigran ke Luar Jawa sebagai wujud dari pemerataan pembangunan dan pelatihan sebelum diberangkatkan. Dibawahi langsung oleh Pemprov, lingkungan ini begitu fungsional pada masa Presiden Soeharto. Namun setelah Beliau lengser, lingkungan ini lambat laun tidak terurus dan ditinggalkan oleh Pemprov.
Menurut data yang didapat dari Ketua RT setempat, Bapak Miswan mengatakan bahwa di tempat ini terdapat sekitar 20 keluarga yang terdiri lebih dari 100 orang. Setiap 2 Keluarga menempati satu rumah kecil yang dibagi menjadi bagian depan dan belakang dengan lebar kira-kira 3x3m/rumah. Karena rumah yang begitu kecil tersebut, terpaksa warga ini hanya memiliki 1 MCK yang digunakan secara bersama. Di lingkungan ini terdapat sebuah kelas yang dulunya digunakan untuk tempat pelatihan, namun karena sudah tidak terpakai maka diubah menjadi masjid dan balai pertemuan. Dari lingkungan yang tidak layak inilah, kemudian muncullah banyak persoalan yang membelit warga sekitar.
“Kami tidak bisa merenovasi rumah ini, karena kepemilikan tanah ini belum jelas. Kami sudah mengajukan pemohonan ke Pemerintah Daerah Madiun untuk dapat membeli tanah disini, agar kami bisa merenovasinya. Namun dari pihak pemerintah daerah tidak dapat mengabulkannya karena memang keberadaan tanah di sini masih di bawah tanggung jawab Pemerintah Provinsi. Tapi kan pihak Provinsi juga sudah tidak mengurusi lagi. Jadi kami bingung kalau ingin memperbaiki rumah, takutnya nantidigusur”, tambah Bapak Miswan. Dari persoalan rumah inilah kemudian mempengaruhi hal lainnya.
Keluarga dengan anak lebih dari 2 tentu kurang layak tinggal di rumah dengan ukuran 3x3m. Biasanya anak sulung dari keluarga tersebut akan segera meninggalkan rumah selepas SMP untuk hidup di jalanan atau bahkan pergi entah kemana tanpa kabar. Ibu-ibu di lingkungan ini bekerja seadanya karena mereka juga tidak mempunyai kemampuan khusus untuk bekerja secara layak. Seorang ibu ada yang membuka toko kelontong kecilkecilan di depan rumahnya, lainnya mengemis, memulung sampah dan mengamen dari satu terminal ke terminal lainnya. Bapak-bapak di sini kebanyakan bekerja sebagai kuli bangunan dan pemulung.
Meskipun dalam keadaaan yang serba kekurangan, tidak menyurutkan semangat mereka untuk hidup lebih baik. Setiap minggu mereka mengikuti pengajian rutin yang diisi oleh Ustadz dari pondok di sekitar lingkungan tersebut. Ada pula pengajaran mingguan yang diadakan oleh lembaga swasta untuk mengajar anak anak kecil di lingkungan.
Namun di samping itu, mereka membutuhkan bekal yang dapat menopang hidupnya. Meskipun tempat ini tidak lagi menjadi balai pelatihan untuk para transmigran, mereka berharap pemerintah tetap bersedia memberikan pelatihan ketrampilan untuk warga sekitar. Agar mereka dapat bekerja secara layak atau membuka usaha kecil-kecilan di rumah. Dan yang paling penting adalah tentang kejelasan hak milih tanah yang mereka tinggali. Agar nasib mereka tidak simpang siur antara tetap tinggal dan ketakutan akan adanya penggusuran.

(Diah Krisma, Lisdayanti

Sejarah Tari Reog Ponorogo


Tari Reog merupakan salah satu kesenian tari tradisional yang berasal dari Ponorogo. Tarian ini menceritakan tentang sayembara para pangeran untuk melamar seorang putri dari Kerajaan Kediri. Putri yang memiliki paras cantik jelita, bernama Dewi Songgolangit. 
Begitu cantiknya Dewi Songgolangit sehingga banyak pangeran yang berlomba-lomba untuk mempersuntingnya. Namun, pada saat itu Dewi belum memiliki keinginan untuk menikah. Mengetahui hal tersebut, Raja pun memutuskan untuk bertanya kepada Dewi, apa sebenarnya alasan Dewi selalu menolak lamaran yang datang kepadanya. Dari pertanyaan tersebut Dewi mengatakan bahwa sebenarnya ada persyaratan untuk calon suaminya kelak dan ia juga meminta izin untuk melakukan semedi demi mengetahui persyaratan tersebut. Setelah empat hari melakukan semedi, Dewi pun menemui Raja dan memberitahukan persyaratan untuk calon suaminya kelak. Dewi mengatakan kepada Sang Raja bahwa ia menginginkan calon suami yang bisa memberikan pertunjukan menarik dimana dalam pertunjukan tersebut ada hewan berkepala dua serta 140 ekor kuda kembar.
Mendengar persyaratan tersebut banyak pangeran yang mulai menyerah karena tidak bisa memenuhi persyaratan tersebut. Hingga akhirnya tersisa dua lelaki yang masih ingin mencoba untuk mewujudkan permintaan Dewi yaitu Singabarong yang berasal dari Kerajaan Lodaya dan Kelanaswandana dari kerajaan Bandarangin. Kelanaswandana sebenarnya bisa memenuhi persyaratan dari Dewi, hanya satu saja yang tidak berhasil ia lakukan yaitu mendapatkan hewan berkepala dua. Ia pun terus berusaha mencari hewan berkepala dua sambil meminta bantuan kepada Patihnya untuk menyelidiki apa yang dilakukan Singabarong untuk bisa mendapatkan hewan berkepala dua.
Singobarong memang terkenal sebagai pangeran yang sangat pemberani dan tidak pantang menyerah. Ia akan melakukan apapun untuk bisa dapatkan kemenangan. Tidak lama kemudian Singabarong menyabotase Kelanaswanda, dengan cepat Kelanaswanda segera menyerang Singabarong. Saat itu singobarong sedang bersama dengan burung merak yang mematuki kutu di kepalanya. Dengan kesaktian yang dimiliki Kelanaswanda, burung merak tersebut menempel di kepala Singobarong. Hal ini membuat Singobarong sangat marah dan menghujamkan kerisnya keaarah Kelanaswandana, namun tidak berhasil. Kelanaswandana pun membalasnya dengan cambuk samandiman yang membuat Singobarong berubah menjadi hewan berkepala dua. 
Dengan demikian Kelanaswandana berhasil memenuhi persyaratan untuk melamar Dewi Songgolangit. Kelanaswandana pun menuju ke Wengker dan melaukan pertunjukkan dengan hewan berkepala dua.

Sumber :


M.U.G


Secret 1
“Apa kalian tahu bagaimana rasanya punya pacar?” tanya laki-laki berkacamata, bernama Umam.
“Tidak,” jawabku.
“Bagaimana denganmu, Ghaz?” tanya Umam pada Ghazi disebelahku.
“Kami belum pacaran. Tapi kala itu teman masa kecilku bertanya padaku, apakah dia cantik,” jawab Ghazi.
“Lalu jawabanmu?” desakku.
“Aku menjawab, kamu belum cantik. Tidak tahu sore nanti, tunggu saja,” jawab Ghazi.
“Apa yang terjadi pada temanmu?” tanya Umam.
“Dia pergi dan tidak kembali lagi sampai sekarang.”
“Dia pasti mengiramu jahat karena mengatakan hal itu,” ucapku.
“Mau bagaimana lagi. Jujur lebih baik,” balas Ghazi.
“Tapi beda konteks jika sudah berhadapan dengan cewek,” ketusku.
“Tidak menghargai perasaan sama sekali,” tambah Umam.
“Bagaimana denganmu sendiri, Mif?” sindir Ghazi padaku.
“Dulu, aku dekat dengan seorang gadis tetangga sebelah rumahku. Siang itu dia datang dan menanyakan, apa yang akan aku lakukan jika ada seorang gadis yang menyatakan perasaannya padaku.”
“Jawabanmu?”
“Jawabanku, jika hal itu terjadi maka gadis itu sama sekali tidak memiliki harga diri. Seharusnya wanita lebih berharga dibanding dengan laki-laki. Dan disaat itu juga gadis itu mengatakan jika menyukaiku.”
“Bagaimana reaksimu?” tanya Umam penasaran.
“Aku pingsan.”
“APA!!!!!”
Secret 2
“Bodoh!”
“Laki-laki tidak berguna,” timpal Ghazi.
“Apa alasanmu pingsan?”
“Aku shok karena gadis itu yang ku ejek. Sejak saat itu dia tidak datang kembali padaku,” jawabku membela diri.
“Kalian berdua sama-sama tidak berguna,” sindir Umam.
“Bagaimana denganmu?” tanyaku.
“Dari dulu aku tidak memiliki teman seorang gadis jadi sekarang...” Umam mengeluarkan sebuah poster warna warni bertuliskan open recruitment pacar untuk Umam, “aku sedang mencari seorang pacar.”
Kami berdua hanya menatapnya datar.
“Ayo  pergi,” ajak Ghazi.
Aku mengangguk.
“Tunggu!”
Kami menoleh kearah Umam.
“Bukankah Rizki memiliki mantan?” Umam mengalihkan pembicaraan.
Laki-laki yang tidak tinggi dan tidak pendek, Rizki namanya. Dia datang ke meja kami.
“Ceritakan pada kami.”
“Saat aku masih SMA, aku berangkat dan pulang dengan seorang gadis berambut pendek. Sejak saat itu, mereka menganggap kami pacaran. Tapi kenyataannya tidak, karena aku tidak bisa melakukannya pada gadis itu. Dia berbeda dari yang lain,” jelas Rizki.
“Gadis yang istimewa,” gumam Ghazi.
“Keren,”
“Kenapa seperti itu?” tanya Umam.
“Karena dia adik perempuanku.”
“MATI SAJA LO!!!!”

Secret 3
Festival kampus,
“Kenapa kelas kita mendapat bagian rumah hantu?” tanyaku.
“Karena tidak ada yang datang rapat saat itu,” jawab Ghazi.
“Kelas yang menyedihkan. Mari pergi berkeliling,” ajak Umam.
Kami berjalan mengelilingi setiap stand makanan.
“Kira-kira apa kita akan bertemu dengan seorang gadis?” tanyaku.
“Jika itu terjadi, aku akan jadi orang pertama yang mengajaknya ke stand kelas kita,” jawab Umam semangat.
“Sayangnya, mereka datang dengan pasangan masing-masing,” sahut Ghazi.
“Aku tidak mau perang dua ketiga terjadi,” tambahku.
Ghazi mengangguk setuju, “kampus kita kebanyakan laki-laki dan untuk bertemu seorang gadis sangat mustahil.”
“Kalian benar-benar tidak berguna,” keluh Umam.
Bugh!
Seseorang menabrak tubuhku dan terjatuh. Dia berpakaian maid lengkap.
“Kamu baik-baik saja?” kuulurkan tanganku padanya.
“Terima kasih,” jawabnya pelan.
“Wah! Miftah terlihat seperti pangeran,” sanjung Umam.
“Benar juga. Tapi tunggu dulu. Kita berada di kampus tanpa perempuan!” pekik Ghazi.
Orang yang menabrakku berdiri dan menampakkan wajahnya.
“HEH!!! Rizki???!!!”

Secret 4
“Ada apa dengan pakaianmu?”
“Menjadi maid. Datanglah ke kelasku.”
“Malas. Karena semuanya laki-laki,” ketus Umam.
“Terserah,” Rizki melangkah pergi.
“Kita kembali saja,” ajakku.
Mereka berdua mengangguk.
Kami kembali ke kelas menjaga stand.
“Ini sangat membosankan,” keluh Umam.
Pandangan kami tertuju pada dua insan yang saling bergandengan tangan.
“Aku iri,” ucap Ghazi.
“Kasihan,” balasku.
“Aku juga,” tambah Umam.
“Kami tidak peduli,” tegasku dan Ghazi.
“Aku berharap hidup di dunia dongeng yang berakhir bahagia,” ucap Umam.
“Pergi saja sendiri,” balasku dan Ghazi.
“Kalian menyebalkan!!!” pekik Umam sembari memukulku dan Ghazi.
“Permisi.”
Kami menoleh ke tiga gadis yang berdiri di depan stand kami.
“Y-Ya?” jawab Umam gugup.
“Kami ingin masuk,” ucap gadis berambut pendek.
“Tapi kami tidak berani,” tambah gadis kuncir kuda.
“Bisa kalian temani kami?” tanya gadis berambut panjang.
Brak!
Kami pingsan karena shok.
-End-

ASIRO untuk Kontes Robot Indonesia Nasional 2018

            ASIRO ( AE Sar Intelligent Robot ) merupakan generasi robot berkaki Politeknik Negeri Madiun yang berhasil mengikut...