Senin, 16 Juli 2018

ASIRO untuk Kontes Robot Indonesia Nasional 2018






            ASIRO (AE Sar Intelligent Robot) merupakan generasi robot berkaki Politeknik Negeri Madiun yang berhasil mengikuti Kontes Robot Indonesia (KRI) Nasional 2018 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Anggota tim ASIRO yang terdiri dari Septian Anugrah Praditama dan Syamsul Arifin sebagai anggota tim inti, dibantu oleh Kristianti pada posisi mekanik. Diawali dengan mengikuti KRI Regional IV yang terlaksana di Politeknik Negeri Malang pada bulan Mei 2018. Dalam KRI Regional tersebut, ASIRO mendapat peringkat 7 dari 32 peserta. Total ada 121 tim robotika divisi KRPAI se-Indonesia yang mengikuti lomba dan disaring oleh KRI Regional untuk dapat mengikuti KRI Nasional. Hingga tingkat Nasional ini, terpilihlah 21 tim dari masing-masing regional yang memiliki peringkat teratas berhasil mengikuti puncak acara pada tanggal 12-13 Juli 2018.
            Dalam KRI Nasional, ASIRO mengikuti cabang lomba Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI). Ada 3 tahap dalam perlombaan tersebut. Tahap pertama dan kedua, masing-masing tim harus mampu menunjukkan kemampuannya memadamkan api minimal 1 kali dan kembali pada posisi start apabila menginginkan poin tambahan. Tahap ketiga, apabila lolos tahap pertama dan kedua, dengan peraturan yang sama robot harus kembali menunjukkan kemampuannya dengan denah ruangan yang diubah dari tahap sebelumnya. Pada tahap pertama, ASIRO tidak berhasil memadamkan api sehingga memperoleh peringkat 15 dari total 21 peserta. Sedangkan pada tahap kedua, ASIRO berhasil memadamkan api pada detik ke 151.7 dari 300 detik yang disediakan oleh panitia dan memperoleh peringkat 10 dari 12 peserta yang tersisa. Namun pada tahap ketiga, ASIRO tidak berhasil memadamkan api karena terdapat error yang terjadi pada hardware bagian kaki robot sehingga tim menyerah pada detik ke 150.

Error tersebut terjadi pada saat robot tengah mencari ruangan yang terdapat titik api didalamnya. Menyebabkan robot tiba-tiba berhenti berjalan selama 20 detik. Pada saat batas akhir counter up tersebut, robot masih berhasil melanjutkan pencarian api namun dengan  tampilan output pada kaki robot yang tidak lagi seimbang karena dua kaki pada robot tidak dapat berjalan normal sesuai dengan input progam yang dimasukkan. Akhirnya dengan pertimbangan penuh, tim memutuskan untuk pas (menyerah) melanjutkan lomba. Setelah poin dari ketiga tahapan perlombaan tersebut dikalkulasi, ASIRO mendapatkan peringkat 12 dari total 21 robot yang mengikuti KRI Nasional 2018.

            “Rasanya bersyukur bisa sampai Nasional dan bisa membawa nama Politeknik Negeri Madiun ke Nasional”, jawab Syamsul Arifin, selaku anggota tim robotika saat ditanya mengenai tanggapan ketika ASIRO dapat mengikuti KRI Nasional 2018. Hasil tersebut terbilang memuaskan karena tim robotika PNM untuk pertama kalinya berhasil mengikuti KRI hingga tingkat Nasional. Meski sampai saat tingkat Nasional pun, tim robotika ini masih memiliki kendala pembiayaan selama pross pembuatannya. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat anggota tim untuk terus maju melanjutkan segala usaha tim robotika dari tahun sebelumnya. Dengan segala keterbatasan, anggota tim tidak patah semangat dalam mengembangkan kreatifitas yang tercermin pada robot tersebut. Ini adalah langkah awal yang baik untuk mengembangkan potensi robot dari tim robotika Politeknik Negeri Madiun dan semoga dapat berpartisipasi kembali pada KRI Nasional tahun berikutnya dengan hasil yang lebih memuaskan.

Penulis : Fika Kumi L.

Laga KRI di Yogyakarta




Kontes Robot Indonesia (KRI) Tingkat Nasional 2018 terselenggara dengan kerja sama antara Kemenristedikti, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan panitia Kontes Robot Indonesia. Acara dilaksanakan mulai tanggal 10-13 Juli 2018 dengan puncak acara pada tanggal 12-13 Juli 2018. Puncak acara terdiri dari rentetan lomba tingkat Nasional untuk kelima divisi lomba robotika, yaitu Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid, Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI) dan Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI).
Acara terlaksana dengan tema “Intelligently Think, Mechanically Linked” memiliki filosofi menggambarkan kerja sama dalam menyalurkan ide robotika dengan menciptakan intelegensi untuk menjawab tantangan bisnis dunia. Kegiatan lomba ini diadakan untuk membekali iklim rancang bangun bagi mahasiswa dalam bidang robotika dan eksplorasi di bidangnya. Memiliki maskot berupa boneka merah yang diambil dari perwujudan visual Prajurit Wirobrojo. Wiro yang berarti berani dan Brojo yang berarti tajam. “Dari artian tersebut, peserta KRI diharapkan harus berani dan peka adaptif dalam bidang teknologi dengan tetap mementingkan nilai kearifan lokal”, ungkap Sri Atmaja P. Rosyidi selaku ketua pelaksana KRI tingkat Nasional 2018.
Lomba yang diikuti oleh 91 tim dari seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia ini, berhasil menyedot perhatian dan antusiasme banyak mahasiswa dari Peguruan Tinggi yang mengikuti lomba maupun yang tidak. KRI tahun ini terlaksana dengan keamanan yang cukup memadai, terlihat dari scanning barcode pada pintu masuk dan keluar bagi penonton dan supporter. Sehingga tidak akan ada penonton yang dapat masuk ke dalam Sportorium tanda melewati proses tersebut. 
Setelah para peserta melewati beberapa tahap perlombaan selama 2 hari, diperoleh juara dari masing-masing cabang lomba sebagai berikut:
a.       Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI)
-          Juara 1: DOME (Universitas Muhammadiyah Malang)
-          Juara 2: ABINARA-1 (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
-          Juara 3 :EILERO (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya)
-          Juara Harapan: AL-FATIH(Universitas Gadjah Mada)
-          Desain Terbaik: ABINARA-1 (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
-          Strategi Terbaik: EILERO ( Politeknik Elektronika Negeri Surabaya)
b.      Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda
-          Juara 1:URT-ROSO (Universitas Islam Sultan Agung)
-          Juara 2: IRIS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
-          Juara 3: MOBO-EVO (Universitas Negeri Yogyakarta)
-          Juara Harapan: SAKERA (Universitas Trunojoyo Madura)
-          Desain Terbaik: MOBO-EVO (Universitas Negeri Yogyakarta)
-          Strategi Terbaik: URT-ROSO (Universitas Islam Sultan Agung)
c.       Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid
-          Juara 1: EROS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya)
-          Juara 2: BARELANG FC (Politeknik Negeri Batam)
-          Juara 3: DAGO HOOGESCHOOL (Institut Teknologi Bandung)
-          Desain Terbaik: BARELANG FC (Politeknik Negeri Batam)
-          Strategi Terbaik: BARELANG FC (Politeknik Negeri Batam)
d.      Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI)
-          Juara 1:ROSEMERY (Universitas Negeri Yogyakarta)
-          Juara 2: VI-ROSE (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
-          Juara 3: ERISA (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya)
-          Juara Harapan: AZZAHRALY (Universitas Negeri Surabaya)
-          Artistik Terbaik: AZZAHRALY (Universitas Negeri Surabaya)
e.       Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI)
-          Juara 1: RIVER (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
-          Juara 2: BARELANG 5.8(Politeknik Negeri Batam)
-          Juara 3: EII_TORO (Universitas Dian Nuswantoro Semarang)
-          Juara Harapan: EL-FORZA 18(Politeknik Negeri Jakarta)
-          Desain Terbaik: EII_TORO (Universitas Dian Nuswantoro Semarang)
-          Strategi Terbaik: RIVER (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

Juara Umum KRI tingkat Nasional 2018: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Dari KRI tersebut, Politeknik Negeri Madiun juga mengirimkan satu delegasi tim robotika dari cabang lomba Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI). Yaitu AE Sar Intelligent Robot (ASIRO), setelah melewati 3 tahap perlombaan dengan ketentuan berbeda, tim ini berhasil lolos hingga babak terakhir dan menduduki peringkat 12 dari 21 tim yang mengikuti lomba KRPAI. Hasil tersebut terbilang memuaskan karena tim robotika PNM untuk pertama kalinya berhasil mengikuti KRI hingga tingkat Nasional. Meski tanpa pendanaan di awal proses riset robot, namun ASIRO telah mengharumkan PNM di atas panggung laga KRI tingkat Nasional 2018.
Salah satu penonton, Daya dari Universitas Brawijaya mengungkapkan rasa khawatir selama menyaksikan kampusnya yang berlaga selama dua hari ini meski ia hanya mendukung dari kursi tribun. Ia menuturkan bahwa kampusnya berhasil lolos pada babak terakhir pada lomba KRPAI dan KRSTI. Ia berharap bahwa dapat memberikan yang terbaik dan membawa nama baik untuk kampusnya.
Berakhirnya KRI 2018 ditandai dengan pemukulan gong oleh Direktorat Jenderal Kemahasiswaan Kemenristekdikti dan penyerahan piala 5 kategori kepada para pemenang. Selanjutnya, pemenang akan mewakili Indonesia pada beberapa ajang Internasional yang terselenggara. Pada sambutan penutup, Didin Wahidin selaku Direktorat Jenderal Kemahasiswaan Kemenristekdikti, mengharapkan para mahasiswa memiliki softskill melalui kegiatan robotika sebagai upaya guna mencapai tujuan Bangsa Indonesia bersama. Dengan menambahkan motto, “We will make Indonesia Better”, Beliau mengharapkan nantinya dari perlombaan ini akan melahirkan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama untuk bermanfaat bagi sesama. Berakhirnya KRI tingkat Nasional 2018 menjadi awal untuk langkah baru perkembangan kreatifitas mahasiswa di bidang robotika dalam menjadikan Indonesia lebih maju kedepannya.

Penulis: Mahanani Pratama Laksmi dan Lisdayanti


Jumat, 08 Juni 2018

TES UMPN POLITEKNIK NEGERI MADIUN


G-PLASMA (2/6/2018) - Usai pengumuman PMDK-PN pada 9 Mei 2018, kini telah berlangsung tes UMPN (Ujian Masuk Politeknik Negeri) di Politeknik Negeri Madiun pada hari Sabtu, 2 Juni 2018. UMPN adalah tes tulis yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri di seluruh Indonesia.
Tes kali ini diikuti oleh 1.140 siswa SMA/SMK sederajat. Tes ini dibagi menjadi 2 sesi, sesi yang pertama untuk Bidang Tata Niag dimulai pukul 08.30 WIB, dan sesi kedua untuk Bidang Rekayasa dimulai pada pukul 12.30 WIB. Tes berjalan dengan lancar, walaupun tak sedikit dari calon mahasiswa yang terlambat datang ke kampus dan kebingungan ketika mencari ruang ujian.
Para calon mahasiswa sudah mempersiapkan untuk tes tulis ini dengan latihan mengerjakan soal-soal yang dimiliki. “Persiapan sudah dari 2 minggu lalu kak, ya belajar latihan soal-soal”, terang Sheldy, salah satu siswa pendaftar dari SMKN 3 Madiun. Sheldy pun memilih untuk mendaftar di Politeknik Negeri Madiun karena dekat dari rumah.
Minat para peserta tes sangatlah tinggi untuk dapat diterima di Politeknik Negeri Madiun. “Pilihan pertama langsung  disini. Orang tua saya juga mendukung saya disini. Sangat berharap sekali bisa  diterima di satu satu nya Politeknik Negeri. Optimis, iya. Walaupun musuhnya sebanyaknya ini", ujar Evanola, siswa SMAN 5 Madiun. Evanola pun mengungkapkan bahwa dia merasa deg-degan. “Deg-degan mbak tapi juga bingung. Kan tadi kertasnya di peraturannya gak dijawab nilainya nol. Sedangkan tadi pengawasnya bilang kita suruh ngisi full jawabannya”, tambahnya.
            Walaupun tahun ini Politeknik Negeri Madiun mengambil mahasiswa baru lebih banyak dari tahun lalu yaitu sebanyak 620 mahasiswa, namun ketika tes UMPN kemarin pesertanya lebih sedikit dari tahun lalu. Jika tahun lalu Hall Politeknik Negeri Madiun juga dipakai untuk tes, tahun ini tidak digunakan. Jika tahun lalu parkir peserta tes berada di seberang Politeknik Negeri Madiun, tahun ini parkir peserta tes berada di tempat parkir Politeknik Negeri Madiun. (Ikka/Irma/Maya)

Rabu, 23 Mei 2018

Info Acara


Ulasan Tentang Proximity


Bagi para pengguna smartphone mungkin pernah merasa bingung mengapa ketika mengangkat telepon lalu mendekatkan ke telinga, layar bisa mati dan ketika dijauhkan dari telinga maka layar akan menyala kembali. Atau mungkin sebagian bertanya mengenai fungsi bulatan kecil seperti lensa kamera di bagian atas layar smartphone.
Ternyata dua hal tersebut sangat berhubungan, lho. Karena bulatan kecil tersebut adalah sensor yang membuat layar touch screen akan mati apabila didekatkan dengan suatu objek. Sensor tersebut bernama proximity.
Proximity adalah suatu sensor jarak yang dapat mendeteksi benda-benda di sekitarnya. Biasa digunakan dalam berbagai peralatan modern dan robotika dengan fungsi yang berbeda-beda. Pada smartphone, sensor ini difungsikan untuk dapat mematikan layar secara otomatis pada saat pengguna mengangkat telepon. Sensor ini bekerja apabila pengguna mengangkat telepon dengan mendekatkannya ke telinga. Sensor tidak akan bekerja apabila pengguna menggunakan speaker pada smartphone atau earphone.
Dengan proxymity, pengguna akan mendapatkan beberapa kemudahan. Antara lain, baterai akan lebih hemat karena layar tidak akan menyala selama pengguna menelpon atau menerima telepon. Pengguna juga tidak perlu menekan tombol power untuk mematikan layar pada saat menelepon karena layar akan mati secara otomatis dengan adanya sensor ini.
Proximity pada dasarnya memiliki bentuk yang cukup besar untuk dapat dipasang di smartphone. Namun sesuai p e r k emb a n g a n t e k n o l o g i, p a d a smartphone telah digunakan proximity dalam ukuran mikro sehingga sensor ini dapat diterapkan pada banyak smartphone.


 (Mahanani Pratama)

Suara yang Tak Terdengar


Jika anda sedang ingin berpergian dan melewati jalur menuju arah Magetan, Anda akan melewati sebuah jalan yang pada sisi timur terdapat sebuah pemukian yang tidak luas dengan beberapa bangunan kecil di dalamya dan pada gerbangnya tertulis Mushola Al-Hidayah, Sambirejo RT 27 RW 01. Liposos singkatan dari Lingkungan Pondok Sosial yang tepatnya berada di Desa Sambirejo Kecamatan Madiun. Lingkungan ini didirikan langsung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada masa kepemimpinan Soeharto. Pada awalnya, lingkungan ini digunakan untuk menampung para transmigran ke Luar Jawa sebagai wujud dari pemerataan pembangunan dan pelatihan sebelum diberangkatkan. Dibawahi langsung oleh Pemprov, lingkungan ini begitu fungsional pada masa Presiden Soeharto. Namun setelah Beliau lengser, lingkungan ini lambat laun tidak terurus dan ditinggalkan oleh Pemprov.
Menurut data yang didapat dari Ketua RT setempat, Bapak Miswan mengatakan bahwa di tempat ini terdapat sekitar 20 keluarga yang terdiri lebih dari 100 orang. Setiap 2 Keluarga menempati satu rumah kecil yang dibagi menjadi bagian depan dan belakang dengan lebar kira-kira 3x3m/rumah. Karena rumah yang begitu kecil tersebut, terpaksa warga ini hanya memiliki 1 MCK yang digunakan secara bersama. Di lingkungan ini terdapat sebuah kelas yang dulunya digunakan untuk tempat pelatihan, namun karena sudah tidak terpakai maka diubah menjadi masjid dan balai pertemuan. Dari lingkungan yang tidak layak inilah, kemudian muncullah banyak persoalan yang membelit warga sekitar.
“Kami tidak bisa merenovasi rumah ini, karena kepemilikan tanah ini belum jelas. Kami sudah mengajukan pemohonan ke Pemerintah Daerah Madiun untuk dapat membeli tanah disini, agar kami bisa merenovasinya. Namun dari pihak pemerintah daerah tidak dapat mengabulkannya karena memang keberadaan tanah di sini masih di bawah tanggung jawab Pemerintah Provinsi. Tapi kan pihak Provinsi juga sudah tidak mengurusi lagi. Jadi kami bingung kalau ingin memperbaiki rumah, takutnya nantidigusur”, tambah Bapak Miswan. Dari persoalan rumah inilah kemudian mempengaruhi hal lainnya.
Keluarga dengan anak lebih dari 2 tentu kurang layak tinggal di rumah dengan ukuran 3x3m. Biasanya anak sulung dari keluarga tersebut akan segera meninggalkan rumah selepas SMP untuk hidup di jalanan atau bahkan pergi entah kemana tanpa kabar. Ibu-ibu di lingkungan ini bekerja seadanya karena mereka juga tidak mempunyai kemampuan khusus untuk bekerja secara layak. Seorang ibu ada yang membuka toko kelontong kecilkecilan di depan rumahnya, lainnya mengemis, memulung sampah dan mengamen dari satu terminal ke terminal lainnya. Bapak-bapak di sini kebanyakan bekerja sebagai kuli bangunan dan pemulung.
Meskipun dalam keadaaan yang serba kekurangan, tidak menyurutkan semangat mereka untuk hidup lebih baik. Setiap minggu mereka mengikuti pengajian rutin yang diisi oleh Ustadz dari pondok di sekitar lingkungan tersebut. Ada pula pengajaran mingguan yang diadakan oleh lembaga swasta untuk mengajar anak anak kecil di lingkungan.
Namun di samping itu, mereka membutuhkan bekal yang dapat menopang hidupnya. Meskipun tempat ini tidak lagi menjadi balai pelatihan untuk para transmigran, mereka berharap pemerintah tetap bersedia memberikan pelatihan ketrampilan untuk warga sekitar. Agar mereka dapat bekerja secara layak atau membuka usaha kecil-kecilan di rumah. Dan yang paling penting adalah tentang kejelasan hak milih tanah yang mereka tinggali. Agar nasib mereka tidak simpang siur antara tetap tinggal dan ketakutan akan adanya penggusuran.

(Diah Krisma, Lisdayanti

ASIRO untuk Kontes Robot Indonesia Nasional 2018

            ASIRO ( AE Sar Intelligent Robot ) merupakan generasi robot berkaki Politeknik Negeri Madiun yang berhasil mengikut...